Individu, Kelompok, dan Hubungan Sosial

KONTEN MATERI:

1. pendahuluan; 2. manusia makhluk individu & makhluk sosial (individu, kelompok, dan kekerabatan); 3. hubungan sosial; dan 4. referensi.

OLEH:

Dimas Ario Sumilih




PENDAHULUAN

Manusia, kelompok sosial, budaya, dan peradaban, merupakan empat hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia hanya dapat hidup sebagai kodrat dasarnya sebagai makhluk sosial, hidup berkelompok membutuhkan manusia-manusia lainnya. Dalam hidup berkelompok, manusia pada mulanya menciptakan kebudayaan dan pada akhirnya, kebudayaanlah yang membentuk manusia. Proses ini menjadi terus bergulir, ada saatnya kebudayaan membentuk manusia dan pada suatu saat manusialah yang membentuk kebudayaan. Kebudayaan-kebudayaan yang berlaku kian meningkat pada posisi derajat budaya. Derajat budaya merupakan keunggulan atau kearifan dari setiap sendi dan unsur kebudayaan. Derajat budaya inilah yang kemudian disebut dengan peradaban.


Ketika kita berbicara dan membahas tentang manusia, kelompok sosial, budaya, dan peradaban, saya sependapat dengan pemahaman Truman Simanjuntak (2020). Simanjuntak menyebutkan empat kunci dalam memahami manusia dan peradabannya, yaitu: (1) migrasi, (2) interaksi, (3) adaptasi, dan (4) evolusi.


Migrasi diartikan sebagai peristiwa kedatangan kelompok manusia memasuki suatu tempat hunian. Proses migrasi manusia disertai dengan aspek budaya-budaya yang dibawa. Interaksi yang dimaksud adalah proses pengaruh-mempengaruhi yang terjadi dalam perjumpaan antara si pendatang dengan yang didatangi. Proses ini melibatkan kontak sosial dan interaksi sosial. Adaptasi adalah proses penyesuaian diri terhadap lingkungan, baik lingkungan sosial, budaya, dan juga lingkungan alam. Proses adaptasi berkaitan dengan interaksi yang dialami untuk menemukan titik keseimbangan agar dapat bertahan dan berkembang. Selanjutnya adalah proses evolusi yang terjadi dalam perkembangan perlahan-lahan dari kehidupan pada aspek fisik biologis maupun kultural sebagai akibat proses interaksi dan adaptasi uang berlaku.


MANUSIA: MAKHLUK INDIVIDU & MAKHLUK SOSIAL

Konsep manusia sebagai makhluk individu diketahui dengan karakteristiknya yang bersifat pribadi. Manusia lahir dengan jiwa, raga, dan kepribadian unik, khas yang membedakannya dengan manusia lain. Sementara itu konsep manusia sebagai makhluk sosial diketahui dengan sifat kodrati manusia yang hidup membutuhkan bantuan orang lain (naluri gregariousness). Individu satu dengan individu-individu yang lain saling membutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kondisi ini mendorong terciptanya hubungan sosial. 


Hubungan sosial akan mendorong manusia membentuk kelompok-kelompok dan institusi (organisasi) sosial. Manusia sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial merupakan unsur yang penting dalam kehidupan masyarakat. Karakteristik individu dipengaruhi oleh karakter kelompok, dan sebaliknya karakter kelompok pun pada saatnya dipengaruhi oleh karakter individu yang membangunnya. Karenanya, lebih lanjut interaksi dan hubungan sosial ini akan membentuk identitas sosial, dan budaya.


INDIVIDU

Jika kita runut asal katanya, "individu" berasal dari bahasa Latin, "individuum" yang memiliki arti satuan terkecil dan tidak dapat dibagi-bagi lagi. Konsepsi manusia sebagai makhluk individu berimplikasi adanya kebebasan personal. Kebebasan dalam menentukan tindakan, pilihan, keinginan, dan pemikiran terhadap sesuatu. Manusia sebagai individu yang bersifat personal ini pada dasarnya akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan ini bersifat individu.


Silakan Anda cari dari sumber lain untuk menyebutkan kebutuhan-kebutuhan manusia sebagai makhluk individu!


Secara mendasar, manusia sebagai individu berupaya untuk mempertahankan harkat dan martabat, mengupayakan untuk memenuhi hak-hak dasar sebagai manusia, merealisasikan potensi diri, memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan diri personal demi kesejahteraan hidupnya.


Coba, Anda ungkap apa yang dimaksud dengan harkat dan apa pula yang dimaksud dengan martabat? Mengapa manusia perlu mempertahankan harkat dan martabatnya? Kemudian apa kaitan harkat dan martabat dengan hak-hak dasar manusia? Bagaimana peran potensi diri yang memiliki keterkaitan erat dengan pribadi dan kesejahteraan hidup individu?


Pembentukan Identitas Individu

Identitas pada manusia secara individu ditemukan pada karakteristik diri pribadi yang khas personal. Disebut demikian, sehingga identitas individu melekat pada tiap-tiap individu, membedakan individu satu dengan individu-individu lainnya. Identitas individu bisa pula disebut identitas diri terbentuk dari: (1) identitas personal dan (2) identitas sosial.


Identitas personal ditunjukkan pada aspek ragawi/jasmaniah/fisik, rohani/batiniah, dan pembawaan gen (genotipik). Ciri-ciri fisik seperti warna kulit, tinggi badan, bentuk wajah, tekstur rambut, dan lain-lain, merupakan contoh identitas personal secara fisik. Demikian pun cara berekspresi setiap individu menunjukkan ciri khas yang bersifat personal, seperti: ekspresi sedih, gembira, marah, dan lain-lain. Termasuk identitas personal adalah sudut pandang individu, pendapat, pandangan, cita-cita, harapan, tujuan hidup, dan sejenisnya. Identitas personal membedakan antarindividu dalam sebutan "saya" yang tidak sama dengan "kamu/dia."


Identitas individu yang berikutnya diperoleh dari hubungan sosial individu dengan individu-individu lain. Identitas yang demikian ini disebut dengan identitas sosial. Menjadi bagian dari kelompok sosial, memiliki peranan dan status di dalam masyarakat, beragama, dan lain-lain. Ini merupakan karakteristik yang melekat pada individu sebagai identitas sosial. Identitas sosial mencirikan yang karakteristik berbeda antara "kami/kita" dan "mereka." 


Beberapa elemen penting pada identitas diri yang terbentuk dari identitas personal dan identitas sosial disebutkan sebagai berikut:


  • Elemen proses kategorisasi diri, yaitu pembentukan identitas sosial yang mendorong individu untuk mengenai dan mengelompokkan diri berdasarkan kategori sosial. Pada elemen proses ini, individu berupa mencocokkan kategori yang sesuai dengan dirinya. Contoh: Rani mengidentifikasi dirinya lahir dari orangtua asli suku bangsa Bugis, karenanya ia mengategorikan diri sebagai bagian dari suku Bugis. Elemen ini biasa disebut self categorization.


  • Elemen proses perbandingan sosial, yaitu pembentukan identitas sosial yang mendorong individu untuk membanding-bandingkan antarindividu dan antarkelompok. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi konsepsi identitas dirinya dan untuk memilih kelompok yang sesuai dengan dirinya. Contoh: Agus membanding-bandingkan kelompok "C" dan kelompok "D." Ia mencoba mencari kecocokan dirinya dengan dua kelompok tersebut. Agus kemudian merasa bahwa dirinya memiliki banyak kesamaan dengan kelompok "D," karenanya ia memilih menjadi bagian dari kelompok "D." Elemen ini biasa dikenal dengan social comparation.


  • Elemen proses interaksional, yaitu pembentukan identitas sosial yang dipengaruhi oleh interaksi sosial yang terjadi antara individu dengan kelompok. Terdapat aspek internalisasi, di mana individu menginternalisasi identitas kelompok dalam diri pribadinya. Jika identitas itu dirasakannya penting, maka diri pribadinya akan mengidentifikasi sebagai bagian dari kelompok. Contoh: Puspitaratri menjalin interaksi dengan anggota komunitas tari tradisional. Ia hobi dengan tari-tarian tradisional Jawa, namun ia belum bergabung dengan komunitas atau sanggar tari-tarian tradisional Jawa. Ketika Puspitaratri memperoleh kebahagiaan dan mendapatkan manfaat dari komunitas atau sanggar tari-tarian tradisional Jawa itu, ia memutuskan untuk menjadi bagian dari komunitas tersebut. 


Terangkan elemen proses yang penting dan berperan membangun identitas individu Anda! Sajikan uraian Anda dengan sajian yang runtut dan runut sesuai alur penjelasan di atas!


Ada beberapa faktor pembentukan individu, antara lain: (1) faktor geografis, (2) genetis/biologis, (3) sosialisasi, (4) pengalaman, (5) kebudayaan, dan (6) pengaruh dari kelompok.


1. Faktor geografis.

Setiap individu anggota masyarakat melakukan penyesuaian diri (adaptasi) dan membentuk ciri karakteristik yang menjadi identitas sosial yang disebabkan oleh faktor-faktor iklim, topografi, dan sumber daya alam. Hal ini menunjukkan adanya faktor geografis yang membentuk identitas individu.


2. Faktor genetis/biologis.

Ciri-ciri ragawi/fisik, seperti bentuk hidung, bentuk dan warna mata, tekstur dan warna rambut, warna kulit, dan penampakan jasmaniah lainnya merupakan suatu karakteristik yang membedakan individu satu dengan individu yang lain. Ciri-ciri ini diperoleh melalui jalur genetika (biologis), yaitu pewarisan gen dari ke dua orangtua tiap-tiap individu. Ada yang membagi faktor genetis atau biologis ini menjadi 3 (tiga) ciri, yaitu: ciri fisik/ragawi, ciri psikis/jiwa, dan ciri khusus. Ciri fisik dapat dilihat dan diraba oleh inderawi, sementara ciri psikis/jiwa terbentuk karena sosialisasi, dan ciri khusus menunjukkan tanda-tanda kelainan, misalnya ketunaan atau cacat.


3. Faktor sosialisasi.

Kita ketahui bahwa sosialisasi merupakan suatu proses mempelajari dan memahami nilai serta norma sosial dalam masyarakat. Tahapan proses sosialisasi ikut serta mempengaruhi pembentukan identitas individu, yaitu: 


a. Preparatory Stage (Tahapan Persiapan)

Tahapan ini mulai dialami oleh seseorang sejak dilahirkan hingga saat seseorang mempersiapkan diri mengenal lingkungan sosialnya. Kegiatan atau tindakan yang tergolong dalam tahapan ini adalah meniru, meskipun belum sempurna.


b. Play Stage (Tahapan Meniru)

Tahapan ini terjadi pada anak-anak yang sedang bermain dan meniru perilaku orang dewasa. Secara individu, anak-anak mulai mengenali lingkungan keluarganya dan masyarakat di sekitar keberadaannya. Kita dapat mengidentifikasi tahapan ini di mana anak sudah mulai mampu menyebutkan namanya, nama orang tuanya, orang-orang di sekitarnya, hingga mulai mengenali masyarakatnya.


c. Game Stage (Tahapan Mulai Bertindak)

Pada tahapan ini, individu sudah mulai sedikit demi sedikit meninggalkan peniruan. Kita dapat mengenali tahapan ini yang ditandai dengan mulainya anak-anak kita berinteraksi dengan teman sebayanya, mereka saling bersosialisasi. Mereka pun mulai mampu memahami peraturan-peraturan yang sengaja dibuat untuk mencapai keteraturan sosial dalam interaksi pertemanan di antara teman-teman sebayanya. Walaupun demikian, umumnya pada tahapan mulai bertindak ini, anak belum terorganisasi secara keseluruhan yang disebabkan anak telah mengenal dan memainkan peran berbeda-beda. Hal ini menunjukkan anak-anak belum mempunyai kepribadian yang nyata.


d. Generalized Other (Tahapan Menerima Norma Bersama)

Pada tahapan ini, individu telah mencapai proses pendewasaan. Individu yang bersangkutan telah memahami seperangkat aturan yang berlaku dalam masyarakat dan lingkungan hidupnya serta berbagai hal dalam tatanan sosial secara kompleks. Seperangkat aturan itu merupakan tatanan sistem nilai dan norma yang berisi seperangkat perilaku baik dan buruk, benar dan salah.


4. Faktor pengalaman.

Seorang individu memiliki pengalaman yang tidak dapat disamakan dengan individu-individu lain (orang lain), sekalipun mereka bersaudara dan berasal dari keluarga yang sama serta tumbuh dan berkembang dalam lingkup alam dan budaya yang sama. Kumpulan pengalaman-pengalaman hidup yang telah dilalui oleh seorang individu akan terekam dalam memori dan menjadi media pengembangan kepribadian.


5. Faktor kebudayaan.

Mengambil definisi kebudayaan menurut Edward B. Taylor (dalam William A. Haviland, 1995) sebagai kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, serta lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan berkembang menjadi cara dan jalan hidup bermasyarakat. Kita dapat mengamati budaya seseorang melalui adat dan kebiasaan masyarakat, berbahasa, berpikir (ilmu pengetahuan), mata pencaharian hidup, berkesenian, membangun struktur dan organisasi sosial, mengagumi Sang Pencipta yang Adi Kodrati, dan lain-lain. Kebudayaan dipelajari dan diterapkan melalui proses sosialisasi, enkulturasi dan internalisasi.


6. Faktor pengaruh dari kelompok.

Kelompok yang dimaksud terdiri dari 2 (dua), yaitu: kelompok acuan dan kelompok majemuk. Kelompok acuan adalah kelompok yang menjadi acuan referensi bagi si individu untuk mempertimbangkan perilaku dan tindakan. Kelompok acuan berawal dari keluarga dan dalam perkembangannya diperoleh dari teman pergaulan usia sebaya, media masa, lingkungan belajar dan bekerja, komunitas-komunitas yang cocok, dan lain-lain. Kelompok majemuk adalah kelompok yang menunjukkan adanya keanekaragaman dalam masyarakat. Diawali dari perbedaan tujuan, kepentingan, dan latar belakang mendorong individu membentuk kelompok-kelompok sosial. Keberadaan kelompok-kelompok yang majemuk/beragam ini memberikan pengaruh pada proses pembentukan kepribadian individu.


Uraikan pengalaman apa yang pernah Anda alami sehingga dapat memberikan warna kepribadian atau personalitas Anda membedakan dengan personalitas-personalitas orang lain! (Konsepsi pengalaman bermakna).


KELOMPOK DAN KEKERABATAN

Secara hakikat, manusia tidak akan pernah dan mampu hidup seorang diri. Individu manusia berada dalam kebersamaan dengan individu-individu lain untuk dan demi kemajuan hidupnya. Keesing (1975) memaklumi manusia yang pada mulanya hidup dalam kesatuan keluarga, kemudian keluarga membentuk kelompok-kelompok tertentu. Struktur alamiah dalam kehidupan umat manusia terjalin pada konteks kelompok untuk menjalankan aktivitas meneruskan keberlangsungan ide dasar kebersamaan dalam kesatuan sosial. Hubungan antara manusia diungkapkan dalam peran dan posisi tertentu.


Gregor Neonbasu (2020) menggarisbawahi bahwa konsep yang sangat kuat dan melatarbelakangi peran dan fungsi ini berasal dari kekerabatan yang terdapat di balik relasi antara anggota-anggota, baik anggota keluarga atau pun anggota masyarakat yang telah menetap dalam suatu ruang lingkup. Kita pun tidak akan terlepas dari sesuatu yang disebut dengan struktur sosial. Di dalam struktur ini terdapat sistem-sistem yang merupakan inti pokok, mengikat relasi dalam setiap struktur. Inti dari struktur sosial adalah adanya hubungan sosial yang melekat secara intrinsik pada setiap individu yang secara alamiah tergabung dalam organisasi sosial tersebut.


Kelompok sosial dapat dipahami sebagai pemahaman mengenai organisasi atau gabungan pribadi-pribadi dengan dasar alasan, tujuan, maksud dan dorongan terbentuknya kelompok tersebut. Gregor Neonbasu meyakini bahwa interaksi yang berulang-ulang karena kedudukan (atau kemampuan sosial) dan budaya (tradisi) dalam suatu kelompok tertentu merupakan unsur hakikat dari kelompok sosial. Interaksi tersebut dapat terjadi karena alasan fungsi dan peran tertentu dalam kelompok. Sementara itu, kedudukan, kemampuan, dan peran merupakan suatu identitas sosial. Keyakinan penjelasan Gregor Neonbasu mengenai kelompok sosial ini sangat dipengaruhi oleh pandangan Keesing (1975) yang menyatakan bahwa kelompok sosial merupakan suatu himpunan manusia yang berinteraksi berulang-ulang dalam perangkat identitas sosial yang saling berkaitan.


Hal menarik dijelaskan oleh Umar Suryadi Bakry (2020), identitas (identity) merupakan salah satu konsepsi yang melibatkan teori-teori tentang diri (the self), karenanya ia mendefinisikan identitas sebagai interpretasi dari terhadap dirinya sendiri (self’s interpretation of itself). Umar Suryadi Bakry menerangkan konsepsi identitas dalam hal ini dipengaruhi oleh Montserrat Guibernau (2007) dan Samuel Huntington (dalam Shi Jingxia, 2013). Guibernau menyebutkan bahwa identitas melibatkan keabadian (the permanence) dan kelangsungan keberadaan (continuity of being). Sementara Huntington mendefinisikan identitas sebagai perasaan diri individu atau kelompok, merupakan produk kesadaran diri atau kualitas berbeda yang dimiliki orang untuk membedakan diri dari orang lain. Umar Suryadi Bakry memberi penegasan bahwa identitas merupakan faktor penting yang mampu membentuk sikap dan perilaku manusia (individu) maupun perilaku kelompok (sosial). Perbedaan identitas cenderung membedakan sikap dan perilakunya sehari-hari.


Harap dijelaskan, apa keterkaitan peran dan posisi individu yang turut membangun struktur dan kelompok sosial! Kemudian uraikan apa pentingnya identitas bagi kelompok, dan apa pula maksudnya bahwa perbedaan identitas cenderung membedakan sikap dan perilaku (individu maupun sosial) sehari-hari?


Latar Belakang Terbentuknya Kelompok

Hal yang mendasari dan melatari manusia membentuk kelompok setidaknya dapat saya sebutkan ke dalam 3 (tiga) poin, yaitu:

  1. Latar belakang adanya naluri kemanusiaan untuk selalu hidup dengan orang lain, berbaur, dan melebur dalam komunitas membentuk kelompok. Naluri yang demikian ini kita ketahui sebagai gregariousness.

  2. Latar belakang adanya kebutuhan-kebutuhan hidup yang tidak dapat dipenuhi sendiri (individual). Antarindividu membentuk kelompok untuk berusaha bekerja sama memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

  3. Latar belakang adanya perasaan saling memiliki dan keterikatan sosial yang menumbuhkan rasa saling bergantung, ketergantungan antaranggotanya. Hal ini kita ketahui dengan sense of belonging.


Motif Terbentuknya Kelompok

Setidaknya dapat disebutkan adanya motif terbentuknya suatu kelompok. Motif yang utama dan pertama saya sebutkan adalah upaya untuk mempertahankan dan melangsungkan aktivitas kehidupan. Motif ini didorong oleh usaha mempertahankan hidup dan hasrat meneruskan keturunan. Kemudian motif kedua yang mendorong terbentuknya kelompok adalah karena adanya ikatan kekerabatan, yaitu ikatan yang disebabkan karena darah atau keturunan genetis (biologis). Ikatan ini bersifat genealogis. Motif-motif berikutnya yang turut mendorong terbentuknya kelompok adalah: kesamaan kepentingan, kesamaan ciri fisik/ragawi, kesamaan daerah, dan kesatuan geografis.


Di samping itu, tidak kalah penting, motif terbentuknya kelompok adalah keinginan peningkatan efektivitas dan efisiensi serta motif yang berasal dari pengalaman praktis, intelektual, dan emosional.


Adanya harapan dengan terbentuknya kelompok sosial, aktivitas-aktivitas di dalam kehidupan umat manusia menjadi semakin efektif dan efisien, karena di dalam kehidupan berkelompok terdapat pembagian peran dan fungsi. Demikian pun pengalaman praktis, intelektual, dan emosional memberi pengaruh terhadap motif terbentuknya kelompok. Pengalaman praktis didasarkan pada aktivitas manusia untuk memenuhi hasrat dan keinginannya. Pengalaman intelektual didasarkan pada akal seseorang, karena itu dibutuhkan bimbingan, arahan, dan pendidikan dari orang lain. Kemudian pengalaman emosional yang didasarkan pada naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lain.


Lengkapi uraian Anda dengan jelas yang membedakan pengalaman praktis, pengalaman intelektual dan pengalaman emosional! Jelaskan kaitannya pengalaman-pengalaman tersebut dengan motif terbentuknya kelompok!


Faktor Penting yang Perlu Diperhatikan untuk Terbentuknya Kelompok

Setidaknya kita dapat menyebutkan 5 (lima) faktor penting yang perlu diperhatikan untuk terbentuknya suatu kelompok, yaitu:


1. Persepsi.

Adanya persamaan cara memandang dan membagi posisi dalam kelompok berdasarkan kemampuan intelektual akan membangun suatu persepsi. Persepsi yang dibangun merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok sosial.


2. Motivasi.

Di dalam pembentukan kelompok sosial, motivasi merupakan faktor penting yang ditunjukkan dengan adanya dorongan atau semangat bagi setiap individu anggota kelompok untuk saling berkompetisi atau melengkapi dalam mencapai tujuan kelompok.


3. Tujuan.

Diketahui bahwa tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai, tujuan adalah cita-cita kelompok yang ingin dicapai bersama. Karena adanya faktor tujuan bersama ini, maka setiap individu anggota kelompok berupaya melakukan kerja sama dan menyusun pembagian kerja.


4. Interaksi.

Adanya interaksi menunjukkan hubungan timbal balik antaranggota kelompok. Diketahui bahwa interaksi merupakan syarat utama berlangsungnya suatu aktivitas sosial dalam kelompok. Di dalam proses interaksi akan terjadi aktivitas memberi dan menerima informasi serta pengetahuan dari satu anggota kelompok kepada anggota yang lainnya.


5. Organisasi.

Faktor ini berkaitan dengan unsur pengelolaan kelompok. Kelompok yang dikelola dalam organisasi menentukan capaian aktivitas kelompok yang lebih efektif dan efisien. Di dalam organisasi terjalin koordinasi yang diperlukan pembagian tugas, pokok, dan fungsi di antara anggota. Pembagian ini berkaitan erat dengan wewenang dan tanggung jawab, peran dan status sosial, serta kewajiban dan hak anggota kelompok.


Tahap Pembentukan Kelompok

Bruce W. Tuckman memperkenalkan tahapan pembentukan kelompok. Pertama kali di 1965, ia menyebutkan 4 (empat) tahapan, yaitu: (1) forming, (2) storming, (3) norming, dan (4) performing. Lalu pada 1977, ia bersama Mary Ann Jensen menambahkan adjourning pada tahapan selanjutnya setelah performing (Baca artikel Budi Kho). Sehingga kini kita mengenali adanya 5 (lima) tahapan.


1. Forming (tahap pembentukan).

Pada tahapan pertama, individu anggota kelompok mulai mengawali mempelajari tugas yang diberikan dan berkenalan dengan anggota/ individu-individu lainnya. Tahap ini ditandai oleh banyaknya ketidakpastian, para anggota kelompok masih belum terlalu jelas tujuan dan objektif kelompoknya. Biasa muncul rasa cemas, dan tiap-tiap anggota kelompok baru memulai mencoba mengenal satu sama lainnya. Setiap individu anggota kelompok berupaya mendekatkan diri, membangun kerja sama, dan memulai membentuk pembagian kerja untuk  mencapai tujuan bersama.


2. Storming (tahap timbulnya konflik).

Tahapan yang kedua ini diidentifikasi dengan mulainya timbul konflik. Hal ini terjadi manakala para anggota kelompok mulai bekerja tetapi ada kecenderungan masing-masing mempertahankan pendapat mereka sendiri, menolak batasan-batasan yang ditetapkan oleh kelompok terhadap individu mereka. Pada tahapan storming ini, setiap anggota perlu menumbuhkan kesadaran sikap toleransi dan menghargai adanya perbedaan agar konflik segera terselesaikan. Kelompok yang mampu mengelola konflik antaranggotanya dengan baik akan dapat terus berkembang, sedangkan kelompok yang tidak mampu mengelola konflik makan dapat berhenti dan bubar pada tahapan ini.


3. Norming (tahap normalisasi).

Tahapan normalisasi atau disebut juga sebagai tahap pembentukan struktur, ditandai dengan terbentuknya hubungan yang dekat antaranggota kelompok dan menetapkan aturan-aturan serta menemukan cara komunikasi yang tepat agar membantu mereka para anggota kelompok mencapai tujuan bersama yang ingin dicapai. Pada tahapan normalisasi ditandai pula dengan kelompok yang mampu menyamakan persepsi dan meredam konflik, mulai membangun struktur. Karenanya terciptanya perangkat aturan, peran, norma, dan status yang mengikat antaranggota kelompok. Tumbuh rasa saling mempercayai dan berkontribusi untuk mencapai tujuan bersama.


4. Performing (tahap produktivitas).

Produktivitas atau berkinerja, menunjukkan adanya karya produktif, ditandai dengan semua anggota kelompok telah dapat bekerja dan berfungsi secara penuh. Antaranggota telah memiliki kebersamaan, percaya diri, kreatif, inisiatif, dan bersemangat tinggi serta mencapai sukses. Pada tahapan keempat ini, sudah terbangun sistem sosial dalam kelompok dan bahkan cenderung mencapai kemapanan. Setiap terjadi permasalahan akan diselesaikan dengan baik melalui musyawarah.


5. Adjourning (tahap peleburan).

Tahap ini disebut juga pembubaran, yang diterangkan bahwa kelompok sosial yang sudah mencapai kemapanan, tidak selalu mengarah pada kemajuan. Beberapa kasus menunjukkan bahwa kelompok yang tidak mampu memelihara sistem dan struktur sosial dengan baik cenderung mengalami kemunduran. Sebagian kelompok akan beradaptasi dan mentransformasi agar kelompok tidak mencapai pembubaran. Namun dalam kondisi tertentu dapat pula kelompok ini mencapai pembubaran.


Apakah setiap kelompok pasti mengalami kelima tahapan tersebut secara berurutan? Bagaimana pendapat Anda? Kemudian pada tahap peleburan, apakah setiap kelompok sosial pasti berakhir dengan melebur dan bubar? Tulis pandangan Anda!


Faktor Pendorong Pembentukan Identitas Kelompok

Saya mengapresiasi pandangan Hanif Masivaditya (2014), yang mengilhami antara lain cara berpikir Stangor (2004) dan Abrams & Hoggs (dalam Idhamsyah, 2008). Stangor mempercayai bahwa keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok akan berdampak kepada identitas diri dan kelompok tersebut. Anggota suatu kelompok akan membanding-bandingkan kelompoknya dengan kelompok lain dengan tujuan menguatkan persepsinya bahwa kelompoknya adalah positif. Hal ini akan berimplikasi pada konsep diri sebagai anggota kelompok yang positif. Abrams & Hoggs menambahkan keterangan bahwa identitas sosial selalu berupaya menjelaskan bagaimana identitas individu memiliki keterkaitan dengan kelompoknya. Karenanya identitas kelompok dibangun atas partisipasi individu yang memberi warna dan corak pada identitas kelompok.


Pemikiran tersebut mewarnai cara pandang Hanif Masivaditya untuk mendefinisikan identitas sosial kelompok sebagai suatu ciri khas dari sebuah kelompok yang dibentuk melalui perilaku yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok lainnya. Selanjutnya, ia mengutip Juliastuti (2000), menyebutkan 5 (lima) faktor pembentuk identitas kelompok, yaitu: (1) kreativitas, (2) ideologi, (3) status sosial, (4) media massa, dan (5) unsur kesenangan.


Terangkan bagaimana kreativitas dan status sosial dapat membentuk identitas sosial kelompok! Uraikan pemikiran Anda!


HUBUNGAN SOSIAL

DASAR-DASAR HUBUNGAN SOSIAL

Diketahui bahwa dasar hubungan sosial adalah naluri alamiah, artinya proses hubungan sosial terjadi secara alamiah. Manusia (individu) menjalin interaksi dengan individu lain dalam kelompok sosial menciptakan jalinan hubungan sosial untuk memenuhi kebutuhannya.


Dasar, Ciri dan Tujuan Hubungan Sosial

Hubungan sosial berdasar pada pemenuhan kebutuhan hidup. Makna hubungan sosial adalah terjalinnya interaksi sosial di dalam suatu kelompok masyarakat. Interaksi sosial dalam hubungan sosial ini membentuk hubungan timbal balik antarindividu, antarkelompok, dan antara individu dan kelompok.


Adapun ciri dan tujuan hubungan sosial dikemukakan oleh Charles P Loomis (dalam Herabuddin, 2015) sebagai berikut:

  1. Adanya dua pihak atau lebih sebagai pelaku dalam hubungan sosial.

  2. Adanya komunikasi antarpelaku menggunakan simbol atau lambang.

  3. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

  4. Adanya dimensi waktu, masa lalu, masa kini, dan yang akan datang.


Sementara itu tujuan terjalinnya hubungan sosial antara lain adalah untuk:

  1. Menciptakan hubungan harmonis.

  2. Mewujudkan kepentingan dan mencapai tujuan.

  3. Mewujudkan keteraturan dan ketertiban hidup.


Syarat Terpenuhinya Hubungan Sosial

Syarat terpenuhinya suatu jalinan hubungan sosial, setidaknya memenuhi adanya kontak sosial yang dapat terjadi secara langsung dan secara tidak langsung, serta adanya komunikasi efektif. Pada tahapan komunikasi terjadi proses saling mengirimkan pesan atau informasi yang lebih kompleks antara dua belah pihak. Hubungan sosial yang baik dapat terjalin dengan komunikasi yang baik pula. Komunikasi yang baik akan mewujudkan kerukunan, kedamaian, dan harmoni sosial dalam masyarakat.


Sebutkan unsur-unsur komunikasi! Terangkan apa perbedaan komunikasi lisan dengan komunikasi tertulis!


Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Sosial

Disebutkan setidaknya ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi hubungan sosial, yaitu: (1) proses imitasi, (2) motivasi, (3) sugesti, (4) simpati, (5) empati, dan (6) identifikasi. Imitasi ditandai dengan kecenderungan individu untuk meniru sikap, perilaku dan penampilan individu atau kelompok lain. Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk mencapai tujuan tertentu. Sugesti adalah sikap, pandangan, cara pandang, dan pendapat orang lain yang diterima tanpa dipikir ulang. Simpati ditandai dengan ketertarikan terhadap pihak lain, sementara itu empati lebih mendalam menyentuh aspek perasaan dan emosi seakan ikut merasakan atau terlibat dan mengalami kondisi yang dialami pihak lain. Identifikasi merupakan kecenderungan dan keinginan seseorang individu untuk menjadi identik atau sama persis dengan pihak lain, karena pihak lain itu diakui sebagai yang ideal dan diidamkan.


Berilah contoh yang membedakan bentuk rasa simpati dan empati dalam kehidupan sehari-hari!


REFERENSI:

  • Afthonul Afif. 2015. Teori Identitas Sosial. Yogyakarta: UII Press.

  • Budi Kho. 2017. “Tahap-Tahap Perkembangan Kelompok,” dalam ilmumanajemenindustri.com Diakses di https://ilmumanajemenindustri.com/tahap-tahap-perkembangan-kelompok/ (6 September 2021).

  • Gregor Neonbasu. 2020. Sketsa Dasar: Mengenal Manusia dan Masyarakat (Pintu Masuk Ilmu Antropologi). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

  • Guibernau, Montserrat. 2007. The Identity of Nations. Cambridge, UK: Polity Press.

  • Hanif Masivaditya. 2014. “Pembentukan Identitas Kelompok Pada Band Indie Socikoclogy,” dalam Jurnal Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang. Dipublikasikan secara online di academia.edu dan diakses di https://www.academia.edu/8356094/PEMBENTUKAN_IDENTITAS_KELOMPOK_PADA_BAND_INDIE_SOCIKOCLOGY_HANIF_MASIVADITYA_Ilmu_Komunikasi_Public_Relation (6 September 2021).

  • Herabuddin. 2015. Pengantar Sosiologi. Bandung: Pustaka Setia.

  • Idhamsyah. 2008. Teori Identitas Sosial. Diakses di http://idhamputra.wordpress.com/20 08/10/21/teori-identitas-sosial/ (6 September 2021).

  • Shi Jiangxia. 2013. Free Trade and Cultural Diversity in International Law. Oxford: Hart Publishing.

  • Stangor, C. 2004. Social Group in Action and Interaction. New York: Psychology Press.

  • Umar Suryadi Bakry. 2020. Multikulturalisme & Politik Identitas dalam Teori dan Praktik. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

  • Keesing, R.M. 1975. Kin Groups and Social Structure. New York: Holt, Rinehart, and Winstson.

  • Truman Simanjuntak. 2020. Manusia-Manusia dan Peradaban Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

  • William A. Haviland. 1995. Antropologi Jilid 1. (Diterjemahkan oleh: R.G. Soekadijo). Jakarta: Penerbit Erlangga.



das.07092021








0 Komentar