KONTEN MATERI:
1. istilah antropologi; 2. gambaran awal; 3. definisi antropologi; 4. simpulan; dan 5. referensi.
OLEH:
Dimas Ario Sumilih
ISTILAH ANTROPOLOGI
Istilah antropologi awal mulanya diperkenalkan oleh Aristoteles (384-322 SM). Ia pertama kali menggunakan istilah "anthropologists" (antropolog) untuk menunjuk ilmuwan yang mempelajari manusia di luar dari diri individunya sendiri. Dengan demikian, atas penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari orang lain, bukan mempelajari diri sendiri.
GAMBARAN AWAL
"ANTHROPOS" DAN "LOGOS/LOGIA"
Para ahli kini sepakat mengungkap istilah antropologi yang tersusun dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu "anthropos" dan "logos" atau "logia". Kata "anthropos" ini berarti manusia, sementara "logos" atau "logia" berarti ilmu pengetahuan, atau studi, atau kajian, atau pelajaran. Karenanya, antropologi dapat dipahami sebagai ilmu pengetahuan, studi, kajian, dan pelajaran tentang manusia (makhluk dan umat manusia). Makhluk manusia merupakan aspek biologis yang tidak dapat terlepas keberadaannya dalam kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri. Umat manusia merupakan aspek sosiologis-kultural sebagai konsekuensi dari perkembangan biologis dan sosial budaya, selanjutnya kehidupan dan kemanusiaan ini akan menciptakan tatanan budaya dan peradaban.
MANUSIA:
MAKHLUK YANG KOMPLEKS DAN UNIK
Manusia adalah makhluk kompleks dan unik. Kompleksitas keberadaan umat manusia sebagaimana yang dipelajari oleh antropologi ini melintasi ruang dan waktu. Dikatakan demikian, artinya kajian antropologi tidak membatasi ruang dan tempat/lokasi/daerah tertentu saja, dan tidak pula membatasi jangkauan waktu, melintasi kajian manusia masa lalu, kehidupannya di masa kini, dan prediksi-prediksi kemanusiaan di masa yang akan datang.
Dinyatakan pula bahwa keberadaan umat manusia adalah unik, artinya khas, spesifik, dan berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena manusia itu sendiri, baik individu maupun kelompok, memiliki variasi atau keanekaragaman. Variasi ini dapat dilihat dari aspek fisik/ragawi, sehingga kita mengenal penggolongan ras-ras umat manusia. Dapat pula dilihat dari aspek-aspek lain, misalnya: sosial, budaya, geografis, ekonomi, dan lain-lain.
Demikianlah kita dapat pahami tentang antropologi dan objek kajian keilmuannya yang sangat luas sebagaimana manusia yang kompleks dan unik. Oleh karenanya, karakteristik seperti ini (kompleks, luas, dan unik) tetap melekat pada antropologi menggunakan pendekatan yang holistik (menyeluruh), komparatif (memperbandingkan), dan historis (menelusuri sejarah).
DEFINISI ANTROPOLOGI
Setelah kita memiliki gambaran awal tentang antropologi, kita dapat memahaminya melalui uraian istilah dan objek kajian keilmuan tersebut sebagaimana ringkasan tersaji di atas. Berikut ini marilah kita menilik pandangan kaum terpelajar yang mencoba memberikan ulasan definisi antropologi.
E. ADAMSON HOEBEL
Hoebel mendefisikan antropologi sebagai studi tentang manusia, yaitu makhluk yang sangat rumit dan kompleks (Hoebel, 1966). Manusia adalah bagian dari alam semesta dengan segala fenomena yang ada. Hoebel memahami antropologi sebagai ilmu alam, ilmu sosial, dan sekaligus ilmu humaniora yang berkaitan dengan studi tentang manusia dan kebudayaannya.
SIMON COLEMAN & HELEN WATSON
Mereka mengemukakan definisi antropologi yang cukup luas. Menurut mereka, antropologi merupakan suatu kajian tentang manusia dan masyarakat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, yang sedang berkembang atau pun yang sudah punah. Karena itu, antropologi terkait dengan subbidang yang saling terkait, yaitu: antropologi fisik (biologi dan genetika), arkeologi, antropologi linguistik, serta antropologi sosial dan budaya (Coleman & Watson, 2005).
ALFREED KROEBER
Kroeber mengungkapkan penjelasannya bahwa antropologi merupakan suatu pelajaran yang mempelajari manusia sebagai satu jenis makhluk Homo sapiens yang sangat luas, meliputi: manusia sebagai makhluk fisik, manusia dalam masa prasejarah, dan manusia dalam sistem kebudayaannya, yaitu sebagai pewaris sistem yang kompleks, terdiri dari adat-istiadat, sikap, serta perilaku (dalam Sugeng Pujileksono, 2016; dalam Ember, Carol R. & Ember, Melvin, 2000).
CLAUDE LEVI-STRAUSS
Levi-Staruss menyimpulkan bahwa antropologi adalah disiplin ilmu yang menempatkan manusia sebagai bahan penelitiannya. Walau demikian, antropologi berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya, khususnya ilmu sosial lainnya. Antropologi mencoba mempelajari manusia melalui aspek yang sangat luas (dalam Sugeng Pujileksono, 2016).
PAUL A. ERICSON & LIAM D. MURPHY
Erickson & Murphy mengartikan antropologi sebagai ilmu yang mempelajari “sifat manusia” yang relevan dengan sifat biologis dan kultural semua orang menggunakan sudut pandang saintifik, humanistik, dan religi (Erickson & Murphy, 2018).
Haviland menerangkan antropologi sebagai studi dan kajian yang menyelidiki keberadaan umat manusia, dan berupaya menyusun generalisasi tentang manusia beserta perilakunya agar memperoleh pengertian lengkap, meliputi keragaman manusia (dalam Beni Ahmad Saebani, 2012; dalam Mahmud & Ija Suntana, 2012; dan bandingkan Haviland, et.al., 2008).
CAROL R. EMBER & MELVIN EMBER
Mereka menyebutkan karakteristik yang khas dari antropologi membedakannya dengan ilmu-ilmu lainnya. Antropologi memberikan perhatian penuh terhadap manusia yang mendiami tempat mana pun di muka bumi ini dan yang pernah hidup pada zaman mana pun (Ember, Carol R. & Ember, Melvin, 2000).
BENEDICT
Benedict menjelaskan antropologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia secara kompleks. Manusia dipahami sebagai makhluk sosial dengan memperhatikan sifat-sifat khusus fisiknya, cara produksi, tradisi, dan nilai-nilai pedoman kehidupan bermasyarakat, atau norma yang membedakan pergaulan hidup antarmasyarakat, bangsa, dan negara (dalam Beni Ahmad Saebani, 2012; dalam Mahmud & Ija Suntana, 2012).
RAYMOND FIRTH
Ia menyampaikan definisi antropologi sebagai ilmu yang tidak hanya menyelidiki hal-hal yang telah lampau, atau bangsa-bangsa primitif yang ada di luar perkembangan peradaban, namun antropolog (ilmuwan antropologi) juga melakukan peranan yang penting untuk menyelidiki lingkungan hidup penduduk yang telah dipengaruhi oleh kemajuan peradaban, bahkan termasuk lembaga-lembaga kita sendiri (Firth, dkk., tt).
PHILIP L. STEIN & BRUCE M. ROWE
Mereka mengemukakan bahwa antropologi adalah suatu studi ilmiah yang memiliki keluasan ruang lingkup menenai keberadaan manusia dari semua periode waktu di semua wilayah di dunia. Fokus keilmuannya terletak pada karakteristik dan variasi biologis dan budaya, serta evolusi biologi dan budaya umat manusia (Stein, Philip L. & Rowe, Bruce M., 2006).
ROBERT JURMAIN, DKK
Jurmain dkk., memahami antropologi sebagai disiplin ilmu yang memusatkan perhatiannya pada keberadaan umat manusia dengan memecahkan masalah-masalah biologis dan sosial disertai pertimbangan aspek interaksi antara faktor-faktor evolusi dan budaya (Jurmain, Robert, et.al., 2013-2014).
CONDRAD PHILLIP KOTTAK
Ia menyebutkan antropologi sebagai “general anthropology”, yaitu suatu disiplin yang holistik dan unik, mempelajari keanekaragaman biologis dan budaya manusia, menjelaskan persamaan dan perbedaan waktu dan ruang (Kottak, Condrad Phillip, 1996).
Tidak kalah dengan pandangan kaum terpelajar dari mancanegara, ilmuwan-ilmuwan kita di negeri tercinta Indonesia ini, juga banyak yang berkontribusi untuk memberikan ulasan definisi atau pengertian antropologi. Beberapa di antaranya sebagai berikut:
KOENTJARANINGRAT
Koentjaraningrat ini memaparkan pengertian antropologi dari sisi akademis dan praktis (dalam Ruddy Agusyanto, dkk, 2010; selanjutnya dapat ditelusuri baca di Koentjaraningrat, 1996).
Menurutnya secara akademis antropologi adalah ilmu tentang manusia pada umumnya dengan kajian yang terfokus pada bentuk fisik, masyarakat, dan kebudayaan. Sedangkan secara praktis antropologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dalam beragam masyarakat suku bangsa guna membangun masyarakat suku bangsa tersebut.
HARSOJO
Harsojo menulis dengan singkat dan padat, bahwa antropologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari umat manusia sebagai makhluk masyarakat (Harsojo, 1984).
T.O. IHROMI
Ihromi mengemukakan antropologi sebagai ilmu yang mencoba menelaah sifat-sifat manusia dan menjawab beberapa pertanyaan tentang dirinya, tentang manusia lain yang agak berbeda dari dia, sejak manusia ada. Antropolog menyadari dan mengamati adanya sifat-sifat tertentu yang ada pada tubuh/anatomis manusia (mempertanyakan berbagai hal tentang manusia sebagai makhluk biologi), dan sifat-sifat lain yang ada pandanya, yang muncul dalam hidup pergaulannya dengan manusia lain (sebagai makhluk sosial, dalam arti hidup dalam masyarakat) (T.O. Ihromi, 2000).
ACHMAD FEDYANI SAIFUDIN
Dalam glosarium yang ditulis Achmad Fedyani Saifuddin, ia menyebut bahwa antropologi (anthropology) dalam pengertian yang paling luas memiliki lapangan kajian yang mencakup antropologi sosial atau kebudayaan, antropologi linguistik, arkeologi prasejarah, dan antropologi biologi atau fisik (Achmad Fedyani Saifuddin, 2005).
t. jacob
Jacob mengidentifikasi antropologi sebagai ilmu integratif pada tingkat dasar yang meninjau manusia secara populasional dalam waktu dan ruang, dan interaksi antara genetika dan lingkungan yang memengaruhinya, termasuk interaksi antara biologi dan budaya; memberi konsep manusia seutuhnya sebagai makhluk biologi, sebagai hasil sementara proses evolusi dan sebagai anggota ekosistem yang bervariasi (T. Jacob, 1999/2000).
MYRTATI DYAH ARTARIA
Ia menyebutkan antropologi sebagai ilmu yang memiliki keluasan bahasan, mempelajari evolusi dan ragam penampilan fisik manusia yang aplikasinya sangat berguna bagi umat manusia dalam memahami budaya suatu masyarakat tertentu (Myrtati Dyah Artaria, 2012).
RUSYAD ADI SURIYANTO
Rusyad menjelaskan antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia, di mana entitas manusia ini merupakan entitas biologis dan kultural (Rusyad Adi Suriyanto, 2018).
SIMPULAN
Agar para pelajar/mahasiswa memahami antropologi, kiranya terlebih dahulu mengenali istilahnya. Istilah ini ditelusuri melalui gambaran awal secara utuh, mengurai arti antropologi dan objek yang menjadi kajiannya. Selanjutnya pelajar/mahasiswa diminta menilik berbagai pandangan orang terpelajar yang memberikan definisi tentang antropologi. Demikian, selamat belajar, semoga sukses dan bermanfaat.//
REFERENSI
- Achmad Fedyani Saifuddin. 2005. Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma. Cetakan Pertama. Jakarta: Prenada Media.
- Beni Ahmad Saebani. 2012. Pengantar Antropologi. Bandung: Penerbit C.V. Pustaka Setia.
- Coleman, Simon & Watson, Helen. 2005. PengantarAntropologi. Cetakan Pertama. (Diterjemahkan: Lala Herawati Dharma). Bandung: Penerbit Nuansa.
- Ember, Carol R. & Ember, Melvin. 2000. “Berkenalan dengan Antropologi,” dalam Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Edisi ke-11. (Editor: T.O. Ihromi). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
- Erickson, Paul A. & Murphy, Liam D. 2018. Sejarah Teori Antropologi Penjelasan Komprehensif. Edisi ke-5. (Diterjemahkan: Mutia Nurul Izzati). Jakarta: Prenadamedia Group.
- Firth, R., dkk. Tanpa Tahun. Tjiri-Tjiri dan Alam Hidup Manusia. (Terjemahan dari “Human Types”). Bandung: Penerbitan Vorkink – Van Hoeve.
- Harsojo. 1984. Pengantar Antropologi. Cetakan ke-5. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
- Haviland, et.al. 2008. Cultural Anthropology, the Human Challenge. Eleventh Edition. Canada: Wadsworth Thomson Learning.
- Hoebel, E. Adamson. 1996. Anthropology: the Study of Man. Third Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.
- I Gede A.B. Wiranata. 2011. Antropologi Budaya. Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti.
- Jurmain, Robert, et.al. 2013-2014. Introduction to Physical Anthropology. United States of America: Wadsworth, Cengange Learning.
- Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Cetakan ke-8. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
- Kottak, Condrad Phillip. 1966. Cultural Anthropology. Fifth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.
- Myrtati Dyah Artaria. 2012. “Evolusi: Ada atau Tidak?” dalam Bunga Rampai Antropologi Ragawi 80 Tahun Prof. Dr. Habil Jozef Glinka SVD. (Editor: Mirtaty Dyah Artaria & Fitriya Niken Ariningsih). Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.
- Rusyad Adi Suriyanto. 2018. “Antropologi Olahraga dan Militer,” dalam Prof. Dr. Habil Josef Glinka, SVD Perintis Antropologi Ragawi di Indonesia. (Editor: Bernada Rurit). Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
- Stein, Philip L. & Rowe, Bruce M. 2006. Physical Anthropology. Ninth Edition. Boston: McGraw Hill.
- Sugeng Pujileksono. 2016. Pengantar Antropologi: Memahami Realitas Sosial Budaya. Malang: Intrans Publishing.
- T. Jacob. 1999/2000. Buku Bacaan Antropologi Biologis. Editor: Etty Indriati. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
- T.O. Ihromi (Ed.) 2000. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Edisi ke-11. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
0 Komentar